Friday, October 10, 2008

Ghost Story.....Coban Rondo (Bagian I)

Coban Rondo (Bagian I)
By : "Loui" (AAM)
Awal liburan yang mengerikan
“Tak bisa di bayangkan liburan kenaikan kelas yang seru, akan berubah menjadi bencana dan kengerian diantara kami,kalau saja kami mendengarkan petuah orang-orang setempat mungkin tidak akan seperti ini,tidak mungkin menelan korban jiwa…dan kusarankan kalian jangan sesekali mencobai hantu.” Ketika aku siuman, Aku sekarang terbaring lemah di kamar unit gawat darurat, tubuhku terdapat beberapa luka dan memar, ada infuse di pembuluh darahku, dan luka-luka ku di balut oleh perban yang diisi obat luka dan kapas. Aku berusaha mengamati keadaan sekitar, Aku mencoba untuk membuka mataku walaupun berat, dan yang tampak hanya langit-langit kamar yang putih bersih beserta peralatan infus. Sekarang aku terbaring di rumah sakit. “ Hai…Ve…sudah sadar ya?” tanya seseorang di sampingku. Aku mendengarnya dengan jelas karena suara itu tepat di sebelah telingaku dan aku pernah mendengar suara ini. Ya! Ini suara mama yang menungguku. “ Ma..ma…” kataku memanggil mama dengan suara parau. “ Ya sayang…jangan banyak bicara dulu, kamu harus istirahat yang banyak.” Kata mama sambil lembut membelaiku. Aku mencoba untuk duduk dan mama membantuku membenarkan bantal, mama tahu mungkin aku sudah terlalu banyak tidur. “ Ma, lihat Jefta nggak?” “ Lihat…, dia lagi beli makanan kecil di luar,” “ Kok beli makanan kecil, Ma? Jefta nggak papa kan,Ma? Dia baik-baik saja kan?” aku keheranan. Mama tersenyum simpul, lalu mengambilkan air minum di mejaku. “ Jefta juga sakit dan di rawat di rumah sakit ini,tetapi dia hanya patah tulang saja di bagian tangannya,dan luka-luka ringan… Kamarnya ada di sebelah… Kenapa?” Mama memberikan air minum dalam gelas kepadaku. Aku hanya menggeleng saja. Dalam hati, aku bersyukur Jefta masih hidup walaupun hanya mengalami cedera patah tulang dan luka ringan saja. Aku masih ingat dengan jelas kejadian yang menimpaku beberapa hari yang lalu hingga aku masuk ke rumah sakit ini. ©©©© Aku sedang asyik main Handphone baru hasil belajar keras di kelas, tak percuma aku meraih ranking dua di kelas, walaupun begitu aku sudah mendapatkan handphone yang aku mau,kini aku tengah memainkan games nya dan ingin melihat feature apa saja yang ada di dalamnya sehingga aku menguasai penuh handphone baruku ini, “ ada telephone dari Jefta.” Teriak Lucy adikku di depan pintu kamarku. “ iyaaaa…” sahutku dan segera beranjak dari tempat tidurku yang empuk dan keluar dari kamarku. … “ Ya ,Jef? Ada apa?” kataku tanpa Hallo, karena sudah akrab betul dengan Jefta. “ Bisa datang ke tempat biasa nggak,Ve?” “Emang kenapa?” tanyaku makin penasaran. “ Anak-anak pada ngumpul, pingin merencanain sesuatu.” Jawabnya. “ Kapan? Hari ini?” “ Nggak…Habis Lebaran Monyet….Ya Sekarang lah…” kata Jefta kesal. Aku hanya meringis geli mendengar Jefta menelponku dengan agak geregetan. “ Galak banget? Ya ya udah, ngumpul aja kan?” “ Ya iya lah, emang kamu mau membersihin rumah Ian juga?” “ Ya udah deh aku cepet-cepet kesana.sudah ada siapa saja di rumah Ian?” “ Sudah ada Andeas, Sean, Kevin, si meong juga udah datang, pokoknya tinggal kamu aja.” Aku tertawa mendengar kata Jefta memberi gelar ‘Meong’ kepada Zara. Aku mengakhiri pembicaraanku dengan Jefta di telephone. Aku segera bergegas ke kamar untuk ganti baju , dengan Jeans favorite dan bersiap-siap ke rumah Ian, rumah ian lumayan jauh dari rumahku, tapi tak apa, aku sudah biasa ke rumahnya jika tiap kali kami berkumpul,mama papa pun juga sudah tahu pertemanan kita yang dimulai dari taman kanak-kanak sampai saat ini. Jadi tidak heran jika kapanpun mereka ingin mencari ku pasti sudah tahu tempatnya. Aku segera membuka garasi dan mengeluarkan motor kesayanganku, CBR 125 warna biru kesayanganku, aku memang tergolong cewek tomboy, dan selalu saja berteman dengan teman pria dari pada dengan teman wanita, tapi tak jadi masalah selama kita berteman dalam hal positif. “ Ve, mau kemana” tanya mama yang melihatku mengeluarkan motor. “ Ke rumah Ian, ma…” “ Ya udah jangan malam-malam pulangnya,ya.” Kata mama mencoba mengkhawatirkanku. “ Iya” jawabku singkat. Dan aku sudah bersiap meluncur dengan motor kesayanganku ini. Mama membuka pagar dan aku berpamitan dengan mamaku. Dalam sekejap aku sudah tancap gas. “ Verona..,Verona…kapan kamu berubah feminin?” gumam mama sambil menggelengkan kepala. ©©©© Aku melesat dengan motor kesayanganku yang sudah ku panaskan sekitar lima menit, Hanya dengan menempuh perjalanan selama lima belas menit saja , aku sudah hafal sekali jalan menuju rumah Ian, dinginnya angin malam tidak aku rasakan bahkan aku sudah biasa dengan dinginnya angin ini. Aku sudah di depan rumah Ian. Aku langsung masuk saja karena pagar rumah Ian tidak terkunci, aku memang melihat beberapa sandal yang berserakan ada di depan pintu rumah Ian, “ Whoi,IAAN…” panggilku. “ Yo’i,masuk aja,langsung keruang tengah.” Suara Ian yang aku dengar dari ruang tengah. Aku meihat, Ian, Jefta, Zara, dan Kevin lagi asyik bercanda-canda sementara Andreas dan Sean sedang bermain Playstation . aku segera duduk di sofa empuk yang kosong. “ Ada apa? Kok kita ngumpul disini?” tanyaku sedikit penasaran. “ OK, Friend, kita rapat dulu sebentar,yuk…stop dulu main-mainnya nanti lagi.” Mereka semua nurut, dan mengambil posisi masing-masing , duduk merapat untuk membentuk suatu lingkaran seperti biasa yang kita lakukan sebelum rapat berlangsung. “ Begini ,…” ucap Ian,sang tuan rumah memulai pembicaraan. “ … Liburan sudah tiba,kan? Liburan kali ini cukup panjang dan ingin kalian manfaatkan kemana?” lanjut Ian. “ Gimana kalau kita ke pantai aja.” Usul Jefta, “ Nggak ah, panas…aku takut kulitku kebakar matahari , nanti gosong, deh…” ujar Zara “ HUUUUU” spontan kami semua menyoraki komentar Zara. “ Genit banget, sama matahari aja takut.” Kataku. Aku juga tidak setuju dengan pendapat Zara, dia memang genit dan manja apalagi semenjak dia mengambil alih hati Sean dariku. Aku semakin membencinya, hanya saja saat ini aku berpura-pura suka dan bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara kami, masalah ini hanya Jefta yang mengetahuinya dan kepada Jefta aku percayakan masalahku. “ Sudah…sudah…” kata Ian menengahi. “…Kita kembali ke persoalan, selama ini kan kita sudah jenuh dengan mata pelajaran di sekolah, saatnya kita berlibur dan mencari pengalaman baru, bagaimana?” “ Ya, aku setuju apalagi kita sudah merencanakan liburan untuk pergi bersama-sama. Ya,kan?” Komentar Sean. Ucapan Sean ternyata disetujui kami semua termasuk Ian. “ Gimana kalau kita ke Yogyakarta?” usul Zara sambil memakan kacang yang sudah sedari tadi ada di meja. “Nggak ah, ngapain ke Yogya? Kurang menantang. Sesekali yang berbau seram atau adventure gitu.” sahut Kevin Ternyata kami semua juga tidak ada yang setuju kalau liburan kali ini dihabiskan di DI Yogyakarta. Semua setuju atas usul Kevin yang menginginkan liburan kali ini diisi oleh petualangan atau hal-hal yang berbau mistik. “ Aah,kayak berani aja,Vin…” celoteh ku. “ Bagaimana kalau kita ke Villa papa ku di daerah Coban Rondo Jawa Timur,disana banyak hantunya,lho.” Kata Andreas memasang wajah yang ketakutan. “ Haah, banyak hantunya?” kata kami hampir bersamaan. “ Nah itu dia yang di cari.” Teriak Kevin girang. “ Iya, kan Coban Rondo bekas tempat pembantaian PKI, semua orang yang bersalah maupun tidak bersalah dihukum mati oleh PKI, bagaimana? Kalian mau mencoba? Kita taruhan kalau kalian menyerah dalam waktu tiga hari maka kalian harus ngasih duit masing-masing dua juta ke gue, tapi kalau kalian yang menang maka kita semua akan jalan-jalan ke Bali selama seminggu dan itu semua gue yang bayar, bagaimana? Cukup adilkan?” tantang Andreas. Kami saling berpandangan sejenak,dan “ SETUJU!!” kata kami serempak. Kami memang tengah tergiur liburan ke Bali bersama dan kebetulan Andreas menawarkan sesuatu yang gampang sekali. “ Masalah Transportasi?” tanyaku sambil meminum minuman yang disediakan oleh pembantu Ian. “ Tenang, Om ku pasti bersedia meminjamkan mobilnya,kok…” ujar Kevin. “ Lo yakin, Vin?” tanya Sean. “ Tenang aja,Friend…Om ku kan mau keluar kota, kunci mobilnya dan STNKnya pasti di tinggal,Coy… HAHAHAHAHA…” jawab Kevin tertawa girang. “ Siip, Kalau begitu tinggal tanggal mainnya saja.” Kata Ian. “ Gimana kalau dua hari lagi kita berangkat?” ujar Andreas. “ Dua hari lagi? Itu terlalu singkat, kalau minggu depan gimana?“usulku. “ Terlalu lama. Aku nggak sabar ingin berpetualang dengan hantu.” Kata Jefta sambil terbahak. “ Kalian belum pernah tahu ya yang namanya Coban Rondo, angker banget,Friend! Jangankan tiga hari dalam waktu sehari saja aku yakin kalian pasti akan minta pulang.” Gelak Anderas. “ Aku jadi nggak sabar ingin tahu seseram apa sih, Coban Rondo itu?” tanya Ian. “ Baik…Aku setuju kalau dua hari lagi , gimana?” lanjut Ian. Ternyata kami semua terlalu penasaran dengan cerita Andreas yang seram itu, entah bohong atau benar akan terbukti disana nanti. Dan pada akhirnya kami semua setuju dua hari lagi untuk memulai petualangan seram ini. Aku juga tidak berlama-lama di rumah Ian, selain aku ingat perintah mama , aku juga jenuh melihat Zara, aku pun berpamit pulang kepada sang tuan rumah. Entah yang lain masih bermain-main dirumah Ian atau menyusul seperti ku,langsung pulang. Ian dan Jefta mengantarkanku sampai ke depan pintu,lalu aku lambaikan tangan kepada mereka berdua,Ku tancap gas dan ku lepas kopling tangan CBR ku,
©©©©
to be contiuned.....

No comments: